Rabu, 17 Januari 2018

ISSUE ETIKA SIGNIFIKAN DALAM DUNIA BISNIS & PROFESI

BENTURAN KEPENTINGAN

Benturan kepentingan terjadi apabila perusahaan atau pemilik perusahaan berada dalam kaspasitas dan posisi yang memungkinkannya mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan pribadi atau perusahaan tanpa dilandasi pertimbangan yang adil dan objektif. Dalam kasus pebsnis menduduki posisi  di pemerintahan atau lembaga legistalif, di khawatirkan terjadi konflik kepentingan yang disebut oleh Ernaghan dan Langford sebagai self-dealing. Bagaimanapun, benturan kepentingan tidak selalu berasal dari kapasitas atau posisi formal pelaku bisnis dalam pemerintahan atau legislatif. Benturan kepentingan juga dapat berasal dari kekuatan lain sepeti kekuatan keuangan dan kemampuan melobi. Banyak pelaku bisnis yang memiliki kedua hal itu meski berada di luar pemerintahan atau lembaga legislatif. Akibatnya, mereka bukan saja dapat terjebak dalam benturan kepentingan, namun juga perbuatan-perbuatan tercela.

Boleh jadi memang tidak selalu ada aturan formal yang khusus di buat untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan. Namun terlepas dari ada atau tidaknya atau formal, pelaku bisnis hendaknya tidak hanya melihat benturan kepentingan dari aspek legal formal semata. Harus pula dipertimbangkan masalah etika. Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar atau salah, baik atau melanggar hukum, menghindari tindakan-tindakan  yang dapat yang menimbulkan tuntutan hukum, dan menghindari tindakan-tidakan yang dapat menimbulkan tuntutan hukum, dan menghindari tindakan-tindakan yang menghancurkan citra dan reputasi pelaku bisnis. Namun di samping ketiga hal itu, pelaku bisnis yang peduli etika juga akan menghindari prilaku yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, termasuk dengan kekuasaan.

Ketidakpedulian terhadap etika bukan hanya akan berdampak buruk bagi masyarakat, namun juga bagi perusahaan dan pelaku bisnis sendiri, seperti anjloknya reputasi serta harus dikeluarkannya untuk memulihkan reputasi yang hilang, yang seringkali amat mahal. Namun paling sulit dikembalikan adalah bisnis di masa depan.

AKUNTABILITAS SOSIAL

  Konsep tentang akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut dengan accountability yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggung jawabkan” atau dalam kata sifat disebut sebagai accountable. Pengertian accountability dan responsibility seringkali diartikan sama. Padahal maknanya jelas sangat berbeda yaitu responsibility diartikan sebagai “tanggung jawab”.
    
    Akuntabilitas sosial menjadi isu etika karena banyaknya perusahaan yang tidak memperhatikan tanggung  jawabnya kepada sosial (masyarakat) melainkan hanya berorientasi kepada para shareholder dan keuntungan yang maksimum. Padahal, dunia bisnis dituntut menyelaraskan pencapaian kinerja ekonomi (profit) dengan kinerja sosial (people) dan kinerja lingkungan (planet) atau disebut tripple ottom-line perfomabce. Pencapaian itu pada akhirnya akan menetapkan perusahaan menjad good corporate citzen dan meraup keuntungan yang langgeng dan berlimpah (mutiplier benefits) serta perusahaan tumbuh dan berkembang secara bekelanjutan (sustainable business). Oleh karena itu, bisis hendaknya melibatkan dan memperhitungkan masyarakat sekitar dalam setiap kegiatan bisnisnya dan tidak mengabaikan mereka.

Akuntabilitas sosial menjadi isu penting saat ini dikarenakan kemajuan perkembangannya cukup lamban. Salah satu alasan utama kemajuan akuntabilitas sosial menjad lambat yaitu kesulitan dalam pengukuran kontribusi dan kerugian. Proses pengukuran akuntabilitas sosial terdiri dari tiga langkah, yaitu :
     1.      Menentukan biaya dan manfaat sosial dengan memperhatikan sistem nilai masyarakat yang mana juga berguna dalam mengidentifikasikan kontribusi dan kerugian secara spesifik.
    2.      Meghitung biaya dan manfaat dari aktivitas yang menmbulkan biaya dan manfaat sosial yang ditentukan dari kerugian dan kontribusi.
      3.      Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.

Tujuan adanya akuntabilitas sosial adalah :
      1.      Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat  yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan produksi suatu perusahaan.
     2.      Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan terhadap lingkungannya, mencakup financial, managerial social accounting, dan social auditing
     3.      Untuk menginternalisir biaya soasial dan manfaat sosial agar dapat menetukan suatu hasil yang lebih relavan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu perusahaan.

Ada dua dimensi utama dalam akuntabilitas sosial :
    1.      Melaporkan dan mengungkapkan costs dan benefits dari aktivitas ekonomi perushaan secara langsung berdampak pada profitabilitas (laba). Costs dan benefits tersebut dihitung dan dikuantifikasi secara akuntansi.
      2.      Melaporkan costs dan benefits dari aktivitas ekonomi perusahaan yang berdampak langsung pada individu, masyarakat dan lingkungan. Benefits itu sulit dikuantifikasi sehingga pelaporannya harus dilakukan secara kualitatif.

MANAJEMEN KRISIS

    Respon pertama terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis yng telah berjalan normal. Artinya terjadi gangguan pada proses bisnis “normal” yang meneyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat dikategorikan sebagai krisis.

Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia bisnis dapat mengambil beragam bentuk. Mulai dari berencana alam seperti tsunami, musibah teknologi (kebakaran, kebocoran zat-zat berbahaya) sampai lepada karyawan yang mogok kerja. Aspek dalam penyusunan rencana bisnis. Setidaknya terdapat enam aspek yang mesti kita perhatikan jika kita ingin menyusun rencana bisnis yang lengkap. Yaitu tindakan untuk meghadapi :
      1.      Situasi darurat (emergency response)
      2.      Skenario untuk pemulihan dari bencana (disaster recovery)
      3.      Skenario untuk pemulihan bisnis (business recovery)
      4.      Strategi untuk memulai bisnis kembali (business resumption)
      5.      Menyusun rencana-rencana kemungkinan (contingency planning)
      6.      Manajemen krisis (crisis management)

Penanganan krisis pada hakekatnya dalam setiap penanganan krisis, perusahaan perlu membentuk tim khusus. Tugas utama tim manajemen krisis ini terutama adalah mendukung para karyawan perusahaan selama masa krisis terjadi. Kemudian menentukan dampak dari krisis yang terjadi terhadap operasi bisnis yang berjalan normal, dan menjalin hubungan yang baik dengan media untuk mendaoakan informasi tentang krisis yang terjadi. Sekaligus menginformasikan kepada pihak-pihak yang terkait terhadap aksi-aksi yang diambil perusahaan sehubungan dengan krisis yang terjadi .

AKTIVITAS BISNIS INTERNASIONAL – MASALAH BUDAYA

Kepemimpinan berperan sebagai motor yang harus mampu mencetuskan dan menularkan kebiasaan produktif di lingkungan organisai. Maka dengan demikian, masalah budaya perusahaan bukanlah hanya apa yang akan dikerjakan sekelompok individu melainkan juga bagaimana cara dan tingkah laku mereka pada saat mengerjakan pekerjaan tersebut. Seorang pemimpin memiliki peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan.

Tidaklah mengherankan, bila sama-sama kita telah kebanyakan perusahaan sekarang ini. Para pemimpin yang bergelimang dengan fasilitas dan berbagai kondisi kemudahan. Giliran situasinya dibalik dengan perjuangan dan persaingan, mereka mengeluh dan malah sering mengumpat bahwa itu semua kearena SDM kita yang tidak kompeten dan tidak mampu. Mereka sendirilah yang membentuk budaya itu (masalah budaya).

Jadi ketika perusahaan berskala internasional yang sudah pasti memiliki banyak karyawan membuat suatu kejadian yang kemudian nantinya dilaksanakan oleh karyawannya, semakin lama waktu berjalan maka kebiasaan tersebut menajdi suatu budaya di perusahaan tersebut, maka dari itu seharusnya sebuah perusahaan memikirkan matang-matang mengenai kebijakan yang akan diberlakukan agar tidak menimbulkan budaya yang tidak baik bagi perusahaan tersebut.

ETIKA DALAM TEMPAT KERJA

Etika dalam tempat kerja cukup sulit untuk didefinisikan. Pada umumnya, beretika dalam tempat kerja yaitu memastikan dari bertindak sesuai dengan prinsip selah atau benar yang diterima umum di tempat kerja. Etika adalah masalah yang berkaitan dengan prosedur pengambilan keputusan berdasarkan intigritas yang mengarahkan keutusan dan pekerjaan seseorang dalam suatu perusahaan. Etika dalam tempat kerja biasanya meliput kewajiban moral, kejujuran, tidak melakukan kecurangan, bekerja dengan baik, dan tidak menyalahgunakan tanggung jawab. Berikut beberapa etika yang berlaku di tempat kerja pada umumnya :
      1.      Menghormati budaya kerja perusahaan tempat bekerja
      2.      Menghormati senoir dan memperlakukan sebagaimana mestinya tanpa bersikap berlebihan
      3.      Menghormati batas-batas pribadi rekan kerja
      4.      Menghormati cara pandang orang lain
      5.      Menangani beban kerja padang orang lain
      6.      Bersikap sopan kepada semua orang di tempat kerja
      7.      Tidak semena-mena menggunakan fasilitas tempat kerja

Sebagian etika dalam tempat kerja yang harus dijunjung ketika bekerja. Sesungguhnya etika dalam tempat kerja itu disesuaikan dengan asal tempat kerja, tata krama atau norma yang berlaku di daerah tempat kerja, dan lain sebagainya yang lebih spesifik. Secara umum, ada dua hal yang yang terkandung dalam etika bisnis yaitu kepercayaan dan tanggung jawab. Kepercayaan adalah bagaimana mempertahankan kejujuran dalam dunia kerja. Sedangkan tanggung jawab adalah ukuran hasil kerja seseorang.

Tanggung jawab moral utama karyawan dan manajer adalah untuk bekerja demi pencapaian tujuan perusahaan dan menghindari aktivitas-aktivitas yang mugkin mangancam tujuan tersebut. Karyawan, manajer, dan profesi akuntan tentunya dengna mudah membedakan anatara tindakan yang benar dan salah. Aka tetapi, adanya “area abu-abu” membuat etika menjadi isu yang signifikan. Oleh karena itu karyawan, manajer, dan profesi akuntan sangat perlu memahami etika dalam tempat kerja sehingga tidak terjebak dalam “area abu-abu” yang mungkin banyak pihak.


Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUBJECT, VERB, COMPLEMENT & MODIFIER

Subject likely or prone to be affected by (a particular condition or occurrence, typically an unwelcome or unpleasant one). about what or w...